Thursday, July 16, 2009

Tuhan Hatiku Terluka

Tuhan Hatiku Terluka

Tuhan hatiku terluka
Jiwaku hancur
Kalbuku remuk

Tuhan, aku menangis
Menelan perih hidup yang sadis
Menelusuri lorong hidup tanpa makna
Berjalan tanpa arah dalam gulita

Tuhan, hatiku remuk dihempas sesal
Indah iman ku tak temukan
Manis cinta aku campakkan

Tuhan…!
Di sini hanya bisa kumenangis
Memerah air mata yang tak berguna
Mengenang semua malang yang telah dating
Berselimut pekat gulita malam
Tanpa rembulan jadi penerang

Tuhan…!
Kutanya Dikau di bawah benderang
Mengapa cemerlang bagiku suram?

Monday, April 27, 2009

Adakah Dikau Cemburu

Adakah Dikau Cemburu?

Adakah dikau cemburu padaku,
Ketika kau hidupi aku,
Kau beri aku apa yang kuperlu,
Kau jaga diriku dari banyak petaka
Hindarkan aku dari sejumlah celaka
Namun aku diam
Hanya sedikit kau kuindahkan
Hanya sekejap dikau kuingat
Cuma setitik dikau kucinta
Itupun bila ada

Tak banyak sadar dalam hatiku
Untuk taat jadi abdimu
Hanya sedikit rasa inginku
Untuk ada dekat denganmu

Jika pada mereka kujatuh cinta
Kurindukan dengan teramat beratnya
Namun padamu
Adakah padamu aku mencinta?
Rindukah aku Bertemu Engkau?

Padaku telah banyak Dikau memberi
Tapi adakah padamu kuberbakti?

Labels:

Ingin dan Angan

Ingin dan Angan

Ketika air sungai kering dihisap kemarau
Dan tanah pun retak diterpa mentari
Rumput, ilalang, dan dedaunan kering disengat sang surya
Sementara bunga yang elok mewangi
Mulai letih dan hilang daya
Telah susah berpayah-payah
Menanti embun di setiap pagi
Mencari pati di tanah retak
Dengan sedikit sisa tenaga
Pada akar yang mulai renta

Di kala itu aku beringin
Bersenandung bersama burung
Terbang bersama elang
Mencari madu bersama kupu-kupu
Berbaring bertemankan kucing dan anjing
Bergumam dengan ayam-ayam
Berjalan, berlari bersama biri-biri
Bersantap bersama bekantan
Berrehat dari kelelahan
Saksikan ikan yang berrenang
Memandang bintang yang cemerlang
Melihat indah sinar rembulan
Nikmati sejuk pawana malam

Tetapi inginku sebatas angan
Selain pawana yang kadang menyejukkan
Dan air yang kadang menyegarkan

Saat kucoba bersenandung bersama burung
Aku malu pada cuaca cerah dan mendung
Sebab suaraku wajar terdengar
Namun akan lebih terpuji
Jika aku tidak bernyanyi

Tak mungkin tanganku berubah sayap
Hingga tak dapat kuterbang bersama elang

Kupu-kupu entah kemana
Sedang madu sukar didapat
Sebab para lebah telah lelah
Dan bunga-bunga mulai layu

Waktu kulelah pikirkan semua
Kumerebah tanpa siapa-siapa
Karena kucing dan anjing sibuk mencari mangsa

Kupernah dating pada sekumpulan ayam
Bermaksud hendak ikut bergumam
Tapi kuhanya bisa terdiam
Mencari makna kokok dan kotek
Yang tak jua bisa aku mengerti
Dan ayam pun tiada memaknai
Apa terlafal dari bibir ini

Tak mampu kuimbangi lari si biri-biri
Karena ketika kubaru melangkah
Ia telah menghilang ke padang entah

Tak sanggup aku merambah hutan
Mencari teman seekor bekantan

Ikan berrenang, bintang cemerlang, sinar rembulan
Semua tak tammpak pada penglihatan
Yang ada hanya gerah, gersang
Meski tak dipungkiri sejuk terkadang
Yang ada hanya ingin, angan
Hanya sedikit kuraih kenyataan

Sunday, April 26, 2009

Sisa Sesal

Sisa Sesal

Berdiam aku dalam sendiri
Merenung, berpikir, mencari-cari
Memadu akal dan imaji
Membayang alam dalam memori
Merangkai kata di pagi hari
Memberi kabar pada binger dan sunyi
Soal hati yang tersakiti
Oleh ulah diri sendiri
Tentang sesal yang kurasai
Kian meninggi tak tersudahi

Diriku umpama medan laga
Tempat berperang nalar dan rasa
Disaksikan rapuhnya iman
Yang makin melepuh dibakar keras pemaksaan

Berpijak kakiku di dua garis lurus berbeda
Berjalan aku menyusuri keduanya
Hingga tiba suatu masa
Garis kanan menikung ke kiri
Garis kiri menikung ke kanan
Bertumpuk di satu titik
Lalu berpisah saling menjauh

Alangkah bimbang rasanya hati
Kemana mesti langkahkan kaki
Garis mana yang kulintasi
Tuk gapai tuju di hidup ini

Dengan memaksa kubuat putusan
Berbelok melangkah ke satu garis
Mengekor pada pengetahuan
Yang harus dan wajib diamalkan
Mengejar imanku yang rapuh
Dan keyakinanku yang lusuh
Mencari tuhan
Tuhan yang bersemayam dalam doktrin pemikiran
Bukan tuhan yang sesungguhnya
Yang ada di alam raya
Yang bersemayam di keyakinan manusia

Meratap aku dalam kesedihan
Tangisi damai yang usai
Sesali indah yang musnah
Rasakan jiwa raga yang melemah
Menguntai kesah dijiwa yang susah

Saat kusadar akan semua
Memaksa diri tiada berarti
Lalu berlarilah aku
Mencari garis yang kutinggali
Di sana berada kupunya cinta
Juga nalar dan keyakinan
Lalu nalar menyambut hadirku
Dan keyakinan tersenyum padaku
Tetapi cinta
Ia hanya berdiri di balik dinding kaca
Lambaikan tangan memanggil-manggil
Lalu pergi dan dating lagi
Berkali-kali ia begitu
Belum dimau aku menyatu
Dengannya
Cinta yang kucita
Yang kudambakan di detik waktu hidupku
Kuinginkan dimimpi dannyataku

Kini yang ada tinggal sisa sesal
Yang kian hari kian menebal
Meretakkan jiwaku yang tinggal separuh
Merapuhkan sendi hidup yang semula teguh

Tidaklah kutahu mesti berbuat apa
Nalar dan rasa tak henti berlaga
Diriku letih menyaksikannya

Bagaimana mesti aku hentikan
Perang yang tak berkesudahan
Yang membawaku ke alam yang suram
Melangkah meniti hidup yang kelam

Friday, April 10, 2009

di Mana Mungkin Kutemu Kekuatan

Dimana Mungkin Kutemu Kekuatan

Kubergerak melawan beban
Merambat ke atas cadas
Merayap ke jurang curam
Berlari di padang gersang
Berrenang di gelombang pasang

Dikala kurasa letih
Kusandarkan diri pada mimpi-mimpi
Pada baying-bayang yang dating dan pergi
Pada semunya fatamorgana
Pada dinding yang rapuh
Pada tiang yang lapuk
Pada semua-mua yang maya
Pada segala-gala yang lemah

Adalah bodoh kupunya diri
Sebab tahu suatu yang semu
Dan yang rapuh telah disentuh
Masih mencoba sandarkan raga

Sungguh terpaksa aku berbuat
Sebab tak ada tempatb berrehat
Yang nyata
Yang kukuh untuk kubersandar

Kini yang ada hanya sisa tenaga
Yang menipis dikikis roda-roda masa
Tiada bertambah ke dalam raga
Tak jua terisi ke relung hati

Betapa lelah aku rasai
Berrehat sungguh tak mungkin lagi
Yang lapuk, yang semu mesti kutinggali
Namun di mana,
Di mana lagi kuperkuat diri

Ingin kuganti suram dengan benderang
Dan kutukar semu dengan kenyataan
Lalu kutepis lemah dengan kekuatan
Hingga terlebaslah lelahku,
terendaplah laraku,
terobati lukaku

Thursday, November 27, 2008

Satu Sapa Di Umur Baru

Satu Sapa Di Umur Baru

Kalau api terpaksa menyapa,
arang hitam terbentuk adanya
Jika dingin yang terus melanda,
tentu beku yang datang adanya
Kalau hari lahir yang menyambangi
tentu usia berubah lagi

Kusapa dikau di hari ini
Di lembar baru umur yang baru
Di atas jalan yang baru terbentang
Yang kan kau lalui
Bersama hari sarat warna-warni
Dan penuh aneka cita rasa

Kusiram dikau menjelang petang
Dengan kata yang kutulis di lepas siang
Sebagai tanda kau ada di ingatan
Dan terkadang kau kurindukan

Tiadalah yang bisa aku memberi
Di hari yang sungguh bersejarah ini
Untukmu
Padamu yang sungguh berarti

Tersenyumlah, sayangku
Tersenyumlah di hari ini
Tersenyumlah di esok hari
Dan esoknya, dan esoknya, dan esoknya...

Masih ada sisa hari
Yang sungguh mesti kita tapaki
Mari melangkah
Mari berbuat
Dengan nalar dan rasa yang ada
Yang Tuhan titipkan pada kita

Meski duri dan sembilu ada selalu
Tajam menusuk menyayat bertalu
Namun mari berjalan
Jangan tanggalkan alas kaki kita
Tegaklah melangkah
Menggapai apa yang kita damba

Mari berbuat dengan cinta
Meski pahit getir dirasa
Tapi sepanjang harapan ada
Kita kan bisa layari dunia

Marilah kita berpasrah
Kepada-Nya Yang Memberi Amanah
Seraya memohon
Meminta diberi yang baik,
yang indah, yang nyaman yang ....
Meminta agar dijauhkan
Dari segenap pengusik kedamayan

Wednesday, November 12, 2008

Hanya Aku sendiri

Hanya Aku Sendiri

Hanya aku sendiri
Hanya ada aku sendiri
Tiada ada yang mau menemani
Duka pun tak mau menemani

Kurasa banyak yang jadi musuh
mengancam, merongrong, menyiksa
Melumat, meremas, mengempas-empas
Keras,
Oh... mengapa ini sungguh keras?
Sakit,
Mengapa terlalu menyakitkan?

Sekian banyak air mata ditumpahkan
Namun tak mampu membasuh kesedihan

Ingin aku berteriak
Menjerit di tengah jagad
melepas semua beban
yang kian hari kian menekan

Aku ingin berlari
Tinggalkan semua sesal ini
Agar tiada lagi perih
yang membuat hati merintih